Rabu, 29 Agustus 2007

Mari Membangun Sinergi melalui Inklusifitas

Topik Membangun Kekompakan, Kepedulian dan Sinergi yang kuat antar Alumni ITB yang saya tampilkan di Blog dan Milis IA ITB menuai cukup banyak komentar dan masukan.

Salah satu masukan yang sangat baik saya terima dari Hasbi Lubis SI 91 yang menyampaikan bahwa IA-ITB perlu dibawa kembali ke Alumni ; Alumni sebagai titik sentral. Tujuan utama IA adalah untuk kesejahteraan alumni dan universitas dan hubungan mutual antara alumni dan universitas. Alumni yang kuat akan akan mampu melahirkan karya untuk bangsa. Saya sangat sependapat dengan hal ini.

Apa yang bisa kita lakukan untuk membangun Ikatan Alumni yang kuat dan hubungan mutual antara alumni dan universitas ?

Membangun Sinergi melalui Inklusifitas adalah tema yang saya usung. Untuk memulainya Tim Sukses saya akan terdiri dari perwakilan berbagai angkatan, jurusan, gender dan interest group. Harapan saya, mereka akan dapat merangkul sebanyak mungkin alumni ITB yang sangat beragam ini. Dan bila Tim Sukses ini, sesuai dengan namanya sukses membawa saya menjadi Ketua IA ITB, maka organisasi IA-ITB yang saya pimpin pun akan mencerminkan keberagaman Alumni ITB. Harapan saya, semua Alumni akan merasa dirumah sendiri ketika mereka masuk ke kantor IA ITB dan berhubungan dengan pengurus IA ITB.

Tumbuhnya berbagai Special Interest Group (SIG) yang dibentuk berdasarkan minat sekelompok orang pada suatu bidang dan semua bisa diakses dengan mudah oleh para alumni melalui website IA-ITB menjadi cita-cita saya. SIG ini akan memulai acara-acara temu alumni formal dan informal, lintas organisasi profesi, membahas masalah aktual almuni di berbagai bidang. Setelah kekompakan dan sinergi terbagun, kita bisa bicara fokus yang lebih besar.
Saya mengundang masukan lebih banyak lagi, bisa melalui blog saya ini atau di milis.

Salam kompak,
Betti alisjahbana

Selasa, 28 Agustus 2007

Konsultasi Pilihan Karir

Belum lama ini saya dimintai nasihat oleh salah seorang alumni ITB 89 mengenai pilihan karirnya. Saya berpikir mungkin banyak dari alumni muda lain yang menghadapi situasi yang sama, oleh karenanya konsultasi tersebut saya angkat ke blog saya. Berikut intisari dari komunikasi lewat e-mail tersebut:

Tanya: Saat ini ada tawaran untuk saya bekerja di Bahrain, tapi saya ragu walau disatu sisi saya punya cita-cita bekerja di luar negeri. Posisinya cukup bagus dan big challenges. Tapi kalau saya ambil saya punya role experienced jadi statis, karena kalau saya tetap disini saya akan dapat pengalaman bagus. Tolong bagaimana saya untuk ambil keputusan

Jawab: Untuk mengambil keputusan saran saya anda harus buat "big picture" nya dulu, artinya ujungnya objektif anda apa. Misalnya saja 5 tahun dari sekarang apa yang ingin anda capai, dan 10 tahun kedepan apa yang ingin anda capai. Kalau "big picture" nya sudah ada, tinggal di analisa dari kedua pilihan di atas, mana yang akan membantu anda untuk mencapai tujuan jangka panjang itu.

Berikut ini adalah beberapa pertimbangan :

o Penugasan di Bahrain akan memberikan pengalaman Internasional, penghasilan yang mungkin lebih besar (Hati-hati dalam membandingkan penghasilan, biaya hidup harus dipertimbangkan juga. Saya sarankan yang diperbandingkan adalah penghasilan yang bisa ditabung.), posisi yang bagus dan tantangan yang besar. Penugasan ini saya rasa akan memperkaya wawasan anda. Saya pribadi pernah selama 2 tahun mendapat penugasan Internasional, dan saya belajar banyak sekali. Terutama mengenai budaya yang berbeda yang menuntut saya untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda dan melihat Indonesia dari luar yang menyadarkan saya betapa banyak hal-hal yang harus diperbaiki agar kita dapat bersaing secara internasional.
o Tetap di Indonesia, pilihan ini baik kalau nantinya anda ingin menjadi pengusaha di Indonesia, karen akan membantu anda mulai merintis bisnis anda itu sekarang, terutama didalam membangun network dan business plan.


Tanya: Saya sebenarnya ingin keluar sebagai employee dan menjadi businessman, ada modal utk sebagai penjual jasa pelatihan ke perusahaan2. tapi malah saya ragu lagi karena tuntutan kebutuhan yang sangat cepat dan kompleks. Jadi saya takut. Gimana nihhh pemecahannya.

Jawab:
Kalau dimungkinkan saran saya anda jangan lepaskan dulu pekerjaan anda sekarang. Mulailah merintis bisnis anda dalam skala kecil dengan modal tabungan anda (jangan berhutang ke Bank). Sementara disambi dulu, sampai anda yakin bahwa ada marketnya dan anda bisa menjalankan bisnis ini dengan menguntungkan. Bisnis yang anda rintis ini sebaiknya bisnis yang memang anda kuasai (bidang anda) atau paling tidak anda sukai bidangnya. Membangun bisnis itu tidak mudah, butuh pengorbanan dan nafas yang panjang, karenanya hal tadi penting. Anda harus menganalisa, siapa saja yang sudah bermain di bisnis ini, lalu apa kelebihan anda dibanding pebisnis yang sudah ada sekarang. Untuk sukses anda perlu punya keunikan atau kelebihan yang dihargai pasar. Kalau anda serius akan mebangun usaha sendiri, saya sarankan anda berkonsultasi pada pengusaha yang sudah berhasil. Anda akan dapat masukan yang lebih lengkap dari mereka.

Sementara itu dulu saran saya. Anda akan dapat belajar lebih banyak dari saya dengan menghadiri seminar Manajemen Karir dan Pengembangan Diri yang akan diselenggarakan pada tanggal 5 September nanti. Sampai jumpa disana.


Salam hangat,
Betti Alisjahbana

Senin, 27 Agustus 2007

Berbagi pengalaman dalam hal Manajemen Karir dan Pengembangan Diri.

Budaya transfer ilmu dan pengalaman dari Alumni Senior kepada Juniornya perlu dihidupkan di ITB. Kami memulainya dengan berbagi pengalaman dalam hal manajemen karir dan pengembangan diri.
Berikut adalah undangannya. Kami berharap alumni muda akan memanfaatkannya. Sampai bertemu pada tanggal 5 September nanti.

Minggu, 26 Agustus 2007

Menumbuhkan kekompakan, kepedulian dan sinergi yang kuat antar Alumni ITB

Betti sering sekali menyebut kata "kekompakan". Berikut beberapa tanya jawab seputar visi seorang Betti tentang kekompakan bagi IA ITB.

Mengapa kekompakan itu penting bagi IA ITB?

Salah satu misi kepengurusan IA ITB yang terpenting adalah menyelenggarakan sarana dan kegiatan yang menumbuhkan kekompakan , kepedulian dan sinergi yang kuat antar Alumni ITB. Terpenting, karena tanpa kekompakan, kepedulian dan sinergi, Ikatan Alumni menjadi tidak ada artinya, dan misi yang lain dari IA ITB menjadi sangat sulit dilaksanakan.

Kegiatan apa gerangan yang dapat menumbuhkan kekompakan, kepedulian dan sinergi antar Alumni ITB ?

Untuk sampai pada jawabannya, kita perlu mengenal karakteristik dan aspirasi Alumni ITB. Dalam usaha mengenal karakteristik dan aspirasi Alumni ITB ini saya belakangan sangat aktif di dua milis IA ITB : dipusat dan di Jakarta. Membaca pertukaran e-mail antar alumni ini, observasi pertama yang saya peroleh adalah alumni ITB sangatlah beragam, baik dari usia, pengalaman, profesi, pandangan dan interesnya. Dari observasi ini keputusan pertama saya adalah, apabila terpilih nanti maka kepengurusan saya harus merepresentasikan keberagaman ini.

Bagaimana tanggapan ibu tentang generasi muda IA ITB?

Berbeda dengan IA ITB pusat, milis ITB Jakarta lebih banyak diisi oleh alumni muda yang sangat spontan dan segar. Berbagai interaksi dengan mereka membuat saya berkesimpulan salah satu program yang akan berguna bagi mereka adalah business sharing dan coaching antara Alumni Senior dan Almuni Muda, baik itu antara profesional senior dan profesional muda, maupun antara pengusaha senior dengan pengusaha muda.

Program apa lagi yang akan menumbuhkan kekompakan, kepedulian dan sinergi yang kuat antar Alumni ITB ?
Anda dapat membantu mencarikan jawabannya dengan berkunjung ke blog saya : http//betti-alisjahbana.blogspot.com/ dan menjawab pertanyaan ini. Saya tunggu..

Salam kompak,
Betti Alisjahbana

Sabtu, 25 Agustus 2007

Pentingnya Kolaborasi Inovator ITB dan Pihak Luar

Ini merupakan tanggapan saya atas komentar Pak Suhono di ulir diskusi di milis IA-ITB berkaitan dengan proses riset hingga ke ilir industri.

Saya sangat setuju dengan anda bahwa sudah bukan jamannya lagi riset dilakukan secara tertutup. Biaya riset yang tinggi, prosentase keberhasilan (hasil penelitian yang bisa dipasarkan) yang rendah (tidak lebih dari 10 %), siklus perubahan yang sangat cepat, kompetisi yang kian ketat, langkanya periset yang kompeten, menuntut kolaborasi beberapa organisasi dalam riset dan inovasi.

Perusahaan yang berpikiran maju sudah mulai memplot sumber daya yang ada didalam dan diluar perusahaan kedalam empat bagian penting dari inovasi , yakni inventor, transformer, broker dan financier.

Demikian pula pendekatan R&D bukan lagi periset sendirian mentukan objek risetnya dan setelah riset nya berhasil lalu dicarikan pengembang, investor dan pemasarnya, melainkan sasaran riset ditentukan dengan orientasi potensi kebutuhan pasar dan sejak awal sudah dipikirkan pihak-pihak yang akan menjadi pengembang, investor dan pemasarnya, lebih lanjut kolaborasi sudah dilakukan sejak awal.

Sekali lagi keempat pihak ini tidak terbatas dari dalam organisasi, melainkan berkolaborasi dengan pihak lain yang terbaik dari segi pengalaman dan kepemilikian aset yang dibutuhkan. Dengan demikian bisa diharapkan tingkat keberhasilan riset tinggi, biaya lebih rendah dan time to market yang lebih cepat.

Saya sarankan team squad inovator ITB berkolaborasi dengan pihak-pihak luar yang mengetahui dan punya akses ke pasar serta sumber pendanaan. Hal ini yang ingin saya coba jembatani apabila saya dipercaya menjadi Ketua IA ITB dan berhasil menggalang kekuatan alumni ITB.


Tanya Jawab Seputar Kepengurusan yang Betti Tawarkan

Ada banyak yang bertanya, kira-kira seperti apa kelak program yang saya tawarkan jika dipercaya memimpin IA ITB.
Ini adalah beberapa pertanyaan yang sudah saya jawab.

1. Bagaiman format kepengurusannya, apakah melibatkan banyak angkatan (range tahun 1970-2000) atau seperti apa?
Kepengurusan saya akan bersifat inklusif, mewakili berbagai generasi, jurusan dan profesi.

2. Program konkrit apa yang akan dilakukan untuk mendukung dana riset bagi kampus, mengingat dana abadi saat ini banyak ditujukan untuk beasiswa.
Berikut ini adalah hal-hal yang saya rencanakan untuk di lakukan dalam memimpin IA ITB dalam kaitannya dengan dukungan Riset :
Memfasilitasi kolaborasi "win-win" antara ITB dan Dunia Industri ( terutama dengan Alumni ITB dan perusahaannya) sehingga terjadi hal-hal :
Riset berdasarkan antisipasi kebutuhan dunia industri dan sejak awal sudah dipikirkan pihak-pihak yang akan menjadi pengembang, investor dan pemasarnya.
Membantu mencari kesempatan agar lebih banyak perusahaan melakukan kolaborasi riset dengan ITB.
Mendukung SKD ITB dalam menggalang Dana Abadi dari sebanyak munggkin Alumni untuk mendukung kegiatan operational, penelitian dan Inovasi di ITB BHMN.

3. Program kerja apa yang akan dilakukan untuk mendukung Entrepreneur?
Secara umum yang akan kami coba adalah menghimpun kekuatan Alumni ITB, membangun network yang kuat diantara kita sehingga memungkinkan terjadinya kolaborasi antar alumni. Kolaborasi ini akan menjadi lahan yang subur bagi tumbuh dan berkembangnya bisnis antar alumni. Tapi tentunya bisnis yang terjadi haruslah profesional dan win-win sifatnya..bukan KKN.
Menyelenggarakan sarana dimana pebisnis yang sudah berhasil dapat berbagi pengalaman pada mereka yang baru mulai berwirausaha atau akan mulai berwirausaha.
Mengupayakan terjalinnya sinergi antara pengusaha pemula dengan lembaga permodalan.