Minggu, 14 Oktober 2007

Kenapa Betti Mencalonkan Diri Menjadi Ketua IA ITB ?














Di dalam berbagai kesempatan pertanyaan di atas di kemukakan dalam berbagai bentuk.

Ceu Betti, begitu Gus Dui menyapa di Blog saya, Salut sama ceuceu, punya jabatan mentereng, nama keluarga mentereng, anak-anak yang manis dan ...tentu saja suami yang legit. Ceu Betti,ngapain repot-repot mau jadi ketua IA ITB ? Apakah IA ITB ini adalah kendaraan yang berguna ? Kok saya melihatnya seperti seonggok mobil yang tidak punya bensin. Nangkring saja dan cuma dipanasin saat mau pemilu saja. Tolong dwong kasih pencerahan agar saya tergugah untuk ikutan pemilu.

Zaman kuliah di Arsitektur dulu, saya sangat aktif di himpunan sebagai SekJen. Setelah lulus di tahun 1984, hubungan dengan ITB terputus cukup lama. Baru di tahun 2004 ketika Alumni ITB angkatan 79 bermaksud mengadakan reuni ke 25, saya diminta untuk menjadi ketua panitia. Dengan senang hati amanah itu saya jalankan, Alhamdulillah, jerih payah tim panitia reuni tidak sia-sia, acara berlangsung sangat baik dan kami berhasil memberikan sumbangan yang cukup signifikan untuk ITB.

Pengalaman memimpin reuni itu mengajarkan beberapa hal pada saya:

  • Ada banyak alumni ITB yang potensial yang dengan senang hati akan membantu sesama alumni dan ITB untuk sukses, apabila ada sarana yang praktis dan menyenangkan untuk menyalurkannya.
  • Meskipun memimpin reuni makan banyak waktu dan tenaga, namun saya pun mendapat manfaat : senang bertemu kawan lama, belajar banyak ilmu kepemimpinan yang sifatnya informal, jejaring pun menjadi lebih luas.
Sejak memimpin reuni itu, keterlibatan saya di ITB semakin meningkat :Menjadi Ketua ITB'79, menjadi Duta Cinta ITB selanjutnya Anggota Majelis Wali Amanah ITB wakil masyarakat.
Disini observasi saya bertambah lagi :

  • Hubungan antara ITB dan Alumninya dan hubungan ITB dengan industri belum terbangun dengan baik.
  • Komersialisasi hasil riset-riset ITB serta pembangunan entrepreneurship di ITB belum terjadi. Banyak penyebabnya, satu diantaranya adalah sinergi antara ITB, alumni dan Industri belum terjalin dengan baik.
Hal-hal diatas menantang saya untuk mencoba membenahi : membangun ikatan alumni yang lebih kompak dan peduli, membangun sinergi antar alumni dan ITB dan memberikan kontribusi pada sesama alumni, ITB dan masyarakat Indonesia.

Lalu, kenapa saya rela melepas posisi saya sekarang untuk ini semua ? Dengan sejujurnya saya sampaikan, setelah 23 tahun saya berkarir di IBM, 2 kali mendapat penugasan internasional dan sejak tahun 2000 telah mencapai posisi puncak di IBM Indonesia , saya merasa cukup dan sekarang ingin melakukan kegiatan yang sifatnya sosial. Saya percaya, untuk mendapatkan kepercayaan dan kontribusi dari banyak pihak, organisasi sosial perlu dikelola secara profesional dan transparan. Pengalaman, rekam jejak dan jejaring yang saya miliki akan sangat membantu disini.

Apa yang akan saya peroleh dari ini semua ? Saya yakin ilmu kepemimpinan saya akan bertambah dalam dimensi yang berbeda dari yang saya peroleh selama memimpin korporasi dan jejaring saya pun akan bertambah luas. Dua hal ini saja sudah cukup bagi saya untuk melakukan pekerjaan ini.

Minggu, 07 Oktober 2007

Catatan dari Berbagai Temu Alumni

Berbekal keinginan untuk mengenal dinamika dan aspirasi alumni, mendapat masukan sebanyak-banyaknya, berbagi pengalaman dan pada saat yang sama membangun rasa memiliki IA ITB, sebulan terakhir ini, buka puasa saya dipenuhi dengan acara temu alumni.












Buka Puasa ITB 69

Tanggal 19 September, saya berbuka puasa dengan Alumni ITB angkatan 69 dirumah kang Moko Astamoen. Saya sungguh kagum akan kekompakkan anggatan 69 yang di pimpin oleh Bang Fuad Afdhal ini. Buka puasa dengan suguhan utama masakan tuan rumah ini terasa sangat akrab dan hangat. Alumni dari berbagai jurusan terwakili dan merekapun sangat antusias memberikan masukan pada program-program IA ITB yang saya sosialisasikan pada malam itu.











Ngabuburit ITB 2002

Tanggal 22 September, hari Sabtu bersama-sama dengan Hotashi Nababan (Dirut Merpati) dan Herviansyah (DirekturBUMD Kep. Riau), saya diundang untuk menjadi pembicara pada acara buka puasa ITB Angkatan 2002. Kami bertiga berbagi pengalaman dalam mengembangkan karir. Disela-sela hujan nan lebat, acara yang berlangsung di Hotel Sawunggaling Bandung dan dihadiri oleh sekitar 60 angkatan 2002 berlangsung hangat. Dialog 2 arah terjadi dengan lancar, akrab dan terbuka. Berbagai pertanyaan spesifik tentang karir ditanyakan termasuk bagaimana mendekati klien, soal kutu loncat, karir yang tidak sesuai dengan disiplin ilmu di perguruan tinggi dan bagaimana meraih sukses adalah sebagian dari hal-hal yang ditanyakan.

Buka Puasa Mesin 70-72
Tanggal 26 September, undangan buka puasa datang dari Alumni Mesin angkatan 70,71,72 yang dimotori oleh mas Susilo dan Mas Utama. Acara yang berlangsung di Gedung Indonesia Power tersebut berlangsung sangat semarak dengan diskusi seputar harapan-harapan mereka tentang IA ITB yang berlangsung sangat terbuka dan hangat. Acara ini dihadiri oleh sekitar 60 alumni. Kental sekali keinginan dari mereka untuk memberikan kontribusi pada IA ITB asalkan IA dikelola dengan baik dan terbuka.

Buka Puasa Farmasi
Pada malam yang sama saya juga diundang oleh Alumni Farmasi yang malam itu mengadakan pemilihan ketua. Mas Fuad Afdhal kembali terpilih sebagai ketua Ikatan Alumni Farmasi. Diskusi mengenai program gender hangat dibicarakan di Farmasi yang alumninya mayoritas perempuan ini.












Seminar The Secret of Success ISFI
Tanggal 29 September, undangan datang dari ikatan sarjana farmasi (ISFI). Seminar berjudul The Secret of Success ini dihadiri oleh sekitar 100 sarjana baru Farmasi.Seminar yang berlangsung selama 3 jam dihari Sabtu pagi ini berlangsung sangat bersemangat dan interaktif. Pertanyaan demi pertanyaan diajukan oleh para alumni muda tentang berbagai hal disepanjang presentasi. Terlihat sekali antusiasme dan energi tinggi alumni muda yang baru akan diwisuda dan telah siap terjun kedunia kerja. Melihat antusiasme mereka, saya sebagai pembicara tunggal pun tertular, sehingga presentasi dan diskusi selama 3 jam itu tidak melelahkan. Semoga mereka semua mencapai suksesnya masing-masing didunia kerja dan memberikan kontribusi bagi dirinya dan masyarakat disekelilingnya.

BRAVO IA ITB!

Ikut Memilih, Sebuah Tanggung Jawab Sosial

Pesta demokrasi alumni ITB semakin semarak, 5 kandidat sudah resmi terdaftar dan siap bersaing memperebutkan posisi Ketum IA ITB. Tertua, angkatan 73 dan termuda angkatan 96, terpaut 23 tahun........luar biasa.
Dari sekitar 40.000 alumni ITB yang ada, 2442 ikut memilih di tahun 2002, berapa yang akan ikut di tahun ini ? Bisakah kita mencapai lebih dari 5000 pemilih ?

Hasil polling minggu lalu menunjukan bahwa pendorong utama alumni untuk ikut memilih adalah :
  • Bentuk tanggung jawab sosial agar IA ITB bisa lebih baik
  • Agar yang terbaik yang menang dan bukan yang memanfaatkan kekuasaan
Sungguh membesarkan hati bahwa Alumni dari berbagai lokasi di Indonesia dan di Manca Negara sampai ke Eropa menghubungi panitia untuk membicarakan cara agar mereka bisa ikut memilih. Semoga mayoritas alumni merasakan tanggung jawab sosial untuk membuat IA ITB lebih baik dan lebih dari 5000 alumni akan ikut memilih nanti.

Berikut adalah hasil polling selengkapnya :









Polling baru minggu ini adalah :
Apakah informasi tentang masing-masing kandidat sudah cukup bagi anda untuk bisa memilih :
  • Ya
  • Tidak
Informasi apa yang anda butuhkan untuk menentukan pilihan :
  • Profil dan rekam jejak
  • Visi, Misi dan Program
  • Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan
  • Pendukung Kandidat masing-masing kandidat
Untuk ikut polling, kunjungi blog saya ini.

Salam hangat penuh semangat,
Betti AR/79