Minggu, 02 Desember 2007

Diperlukan Disiplin Ilmu Baru untuk Abad Ke-21

Oleh: Betti Alisjahbana, Presiden Direktur, IBM Indonesia

Apakah bidang keahlian TI yang akan sangat diminati di tahun 2010 nanti? Majalah Computerworld baru-baru ini mengkaji pertanyaan tersebut dengan melibatkan tiga kelompok peneliti. Hasilnya di luar dugaan, ternyata tenaga TI yang akan sangat dibutuhkan di tahun 2010 justru bukan mereka yang memiliki spesialisi yang sangat mendalam di bidang teknis.

Pekerjaan para pemrogram level dasar serta dukungan para teknisi berangsur-angsur akan tergantikan oleh otomatisasi ataupun alih daya (outsourcing). Sebaliknya peluang besar akan terbuka bagi mereka yang oleh Computerworld dijuluki "versatilists", yaitu mereka yang memahami proses bisnis, mampu merancang dan menjalankan rancangan teknologi dalam rangka menciptakan manfaat bisnis, di samping mampu membina hubungan baik di dalam maupun di luar organisasi.

Banyak di antara kita yang berkencimpung di dunia TI kini merasa kuatir karena kurikulum pendidikan teknis di perguruan tinggi kita hingga kini belum diarahkan secara maksimal ke penciptaan tenaga-tenaga ahli di bidang yang akan sangat diminati ini, yaitu keahilian yang melintasi batas-batas tradisional, menggabungkan keahlian teknis dengan pengetahuan bisnis dan kemampuan berkomunikasi.

Saat ini, banyak perguruan tinggi terkemuka di dunia sudah mulai menjajaki dan melakukan investasi dalam pengembangan bidang baru "services science" yang disebut juga manajemen dan rekayasa "service sciences",  inisiatif ini bertujuan untuk mengembangkan tenaga-tenaga ahli di bidang-bidang interdisipliner ini. UC Berkeley, Arizona State dan North Carolina State adalah beberapa di antara universitas di Amerika yang sudah menawarkan program setingkat S2 di bidang service science ini. Perguruan-perguruan tinggi di Eropa dan Asia juga sudah mulai menawarkan program serupa.

Terobosan Baru

Tuntutan pasar untuk tenaga teknis juga berubah dengan cepat. Tenaga-tenaga dengan ketrampilan ini harus mampu mendesain berbagai sistem dan aplikasi yang canggih guna menciptakan keunggulan bisnis di industri atau organisasi yang spesifik.

Pekerjaan-pekerjaan seperti ini bersifat jauh lebih kolaboratif dan interdisipliner serta lebih luas dibandingkan pekerjaan pemrograman yang biasa dilakukan sendiri-sendiri, meskipun pekerjaan ini juga diagung-agungkan di waktu lampau. Pekerjaan-pekerjaan masa depan membutuhkan kompetensi teknis yang kuat, yang dikombinasikan dengan pengetahuan bisnis dan organisasi serta ketrampilan komunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain (people skill).

Mempersiapkan mahasiswa untuk jenis pekerjaan yang menjanjikan di masa datang ini adalah alasan terpenting mengapa dasar-dasar service sciences menjadi penting. Namun, manfaat penting lainnya dari ilmu ini adalah potensi untuk melakukan terobosan baru dalam penelitian akademis di bidang penyediaan jasa.

Selama beberapa dasawarsa yang lalu, kegiatan penyediaan jasa telah berkembang pesat dan merupakan bagian signifikan dari perekonomian dunia. Bahkan Cina, yang terkenal akan industri manufaktur berbiaya rendahnya, telah membayangkan dirinya sebagai adidaya di bidang penyediaan jasa dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Namun, meskipun bisnis jasa terus berkembang, masih sedikit sekali penelitian dan analisa yang didedikasikan untuk inovasi di bidang tersebut.

Ada satu masalah yang kita hadapi. Definisi bisnis penyediaan jasa masih agak kabur. Ia bisa mencakup segala hal, mulai dari layanan binatu sampai dengan layanan investasi perbankan dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari kategori jasa. Lebih tepatnya, penyediaan jasa dapat dikatakan sebagai pemanfaatan keahlian untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Namun, pertanyaan lalu muncul berkaitan dengan apa yang biasanya diberikan dan hasil positif apa yang dapat diraih melalui fokus pada suatu hal yang begitu luas seperti jasa. Karena hampir setiap sektor ekonomi menggunakan teknologi informasi untuk kegiatan operasinya, perguruan tinggi mempunyai peluang dan kebutuhan yang mendesak untuk memfokuskan pelatihan dan penelitian pada penyediaan jasa TI. Penerapan disiplin ilmu rekayasa di penyediaan jasa TI berpotensi menghasilkan inovasi luar biasa.

Meskipun sektor jasa menyerap mayoritas tenaga kerja di Amerika Serikat dan sebagian besar negara maju lainnya, sektor ini belum mengalami lonjakan produktivitas seperti yang telah dihasilkan sektor industri dan sektor pertanian selama bertahun-tahun.

Bagaimana caranya agar kita dapat menjadi lebih sistematis dalam mengembangkan inovasi di bidang penyediaan jasa? Bagaimana ilmu pengetahuan dan analisis matematis dapat diterapkan untuk meningkatkan produktivitas jasa? Bagaimana kita dapat meningkatkan kemampuan memprediksi permintaan pasar akan jasa? Tantangan-tantangan ini menawarkan lahan yang subur dan belum terjamah bagi penelitian akademis yang canggih.

Lintas Disiplin
Sebagaimana bidang baru lainnya, selalu ada pihak yang pesimis. Ada yang akan mempertanyakan apakah ketrampilan-ketrampilan interdisipliner dan berhadapan langsung dengan pasar dapat diajarkan di universitas dan apakah ketrampilan-ketrampilan ini bukannya hanya dapat diperoleh melalui pengalaman kerja.

Pertanyaan-pertanyaan yang hampir sama dulu juga diajukan ketika ilmu komputer mulai diajarkan di tahun 1940-an, ketika profesor-profesor dan praktisi-praktisi di Columbia University mulai mengajarkan mata kuliah komputer umum. Bidang-bidang studi baru, terutama yang bersifat lintas-disiplin, kadang-kadang dianggap terlalu soft. Namun, sebagaimana telah kita saksikan terjadi pada ilmu komputer dan rekayasa piranti lunak, sebuah cabang ilmu baru bisa saja membutuhkan waktu untuk dapat diterima.

Pendidikan tinggi tidak selamanya mudah menerima perubahan. Hampir dua dasawarsa diperlukan sejak mata kuliah komputer pertama kali ditawarkan hingga gelar doktor pertama di bidang ilmu komputer pertamakali diberikan di tahun 1965.

Namun, jika kita segera mulai menyusun mata-mata kuliah, mempersiapkan kurikulum dan memancing minat pada proyek penelitian, kita dapat mulai mengembangkan struktur ilmu penyediaan jasa ini.

Perguruan-perguruan tinggi yang berpikiran maju telah mulai melakukannya. Para dosen dan mahasiswa dalam program pelopor ini akan meraih manfaat, dan begitu pula halnya perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan pengetahuan dan tenaga berketramplian baru ini.

Dimuat di Kompas, Senin 8 Oktober 2007.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Mbak Betty, senang membaca posting anda mengenai kebutuhan disiplin ilmu baru untuk mengakomodir "versatilists".
Sejak 3 tahun terakhir saya terobsesi tentang pengembangan kurikulum IT yang unik, yang dapat memberikan kompetensi khusus bagi lulusannya. Sesuai dengan style IT yang sangat dinamis, kompetensi yang dimaksud harus juga dapat selalu disesuaikan dengan trend teknologi dan keahlian yang dibutuhkan.

Saya sepakat, jika kemampuan komunikasi bisnis juga menjadi hal yang sangat penting. Karena trend IT yang semakin user friendly menjadikan mendevelop aplikasi bukan lagi menjadi suatu keahlian yang "wah". Persaingan dari End-User-Computing akan semakin ketat, apalagi EUC umumnya lebih menguasai proses bisnis.
Sehingga seorang lulusan IT yang tidak memiliki kemampuan komunikasi yang memadai mungkin akan terbuang.

Namun juga perlu diingat pada pengembangan aplikasi system, penguasaan ilmu-ilmu dasar komputer masih sangat dituntut, walaupun mungkin profesi ini akan semakin terbatas.

Ok, Mbak Betty.. jika memungkinkan saya ingin berdiskusi lebih jauh dengan anda mengenai berbagai masalah ilmu dan kurikulum IT tersebut.

Sebagai perkenalan :
Saat ini saya dipercayai untuk mengembangkan sebuah sekolah tinggi IT di daerah Cipete yaitu STTI NIIT ITech. (www.i-tech.ac.id)
ITech membangun aliansi dengan berbagai vendor (antara lain NIIT India dan Cisco).
Saya berharap STTI ITech akan mampu menjadi perguruan tinggi yang kreatif dan dinamis.

Selain itu selama lebih dari 10 tahun saya juga terlibat dalam membangun dan membesarkan jurusan IT di Universitas Mercu Buana.
Saat ini saya sedang berupaya menggolkan pemisahan jurusan IT tersebut menjadi Fakultas Ilmu Komputer, harapan saya kedepan akan lebih mudah menggerakkan teman-teman dosen (kebetulan sebahagian besar dosen tsb, adalah hasil bimbingan saya) untuk mengembangkan fakultas secara dinamis pula.

Salam hangat

Nixon Erzed
Informatika 85
(mantan konsultan IT yang mengabdi menjadi dosen)

Betti Alisjahbana mengatakan...

Nixon,
Tentu dengan senang hati saya akan berdiskusi dengan anda. Tinggal ditentukan waktunya saja.
Tapi tanggal 14 Desember saya akan berangkat naik Haji dan baru kembali tanggal 3 Januari. Kirim e-mail saja ke alisjahb@id.ibm.com untuk pengaturan waktunya
Salam hangat penuh semangat,