Minggu ini saya berkesempatan menjadi pembicara tamu di dua perguruan tinggi. Sambil bergurau saya katakan pada Mario suami saya, salah satu tanda umur mulai banyak adalah ketika pendengar paparan saya sudah lebih muda dari usia anak sendiri. Masih segar dalam ingatan saya ketika saya baru bergabung di IBM dua puluh empat tahun yang lalu. Ketika itu bila saya memberikan paparan, pendengarnya adalah Ibu-ibu dan Bapak-bapak yang jauh lebih tua. Kini situasinya berbalik. Waktu memang bergerak sangat cepat.
Ada pengalaman menarik yang saya petik dari kedua kesempatan diatas dan saya ingin menuliskannya di sini.
UPH Merangsang Mahasiswa Muda untuk Bercita-cita Tinggi dan Berprestasi
Pada tanggal 16-20 Agustus yang lalu Universitas Pelita Harapan (UPH) menyelenggarakan UPH Festival untuk memperingati ulang tahunnya yang ke 15 dan menyambut mahasiswa baru angkatan 2008. Berbagai seminar akademis, pertunjukan seni dan musik, open house dan pengenalan pada berbagai kegiatan kemahasiswaan diselenggarakan pada festival ini.
Beberapa hal menarik perhatian saya dari acara itu. Pertama, deretan pembicara dari berbagai profesi yang sangat impresif seperti : Sri Sultan Hamengku Buwono X, Prof. Gumilar R. Somantri, dr. Eka Julianta Wahjoepramono, DR Fauzi Bowo, Dr. Adhyaksa Dault, Adnan Buyung Nasution, Andi Malarangeng, Addie MS, Jusman Syafii Djamal, Agum Gumelar, Rano Karno dan saya.
Hal kedua yang menarik perhatian saya adalah publikasi yang dilakukan dengan sangat gencar, baik melalui billboard, iklan di media cetak maupun penyebaran brosur. Demikian pula para wartawan diundang untuk meliput acara itu termasuk mewawancarai para pembicara. Jaman memang sudah berubah, tidak hanya perusahaan yang aktif berpromosi dan membangun citra, perguruan tinggi pun aktif melakukannya.
Hal ketiga yang menarik perhatian saya adalah konsep mereka dalam memberikan orientasi pada mahasiswa baru. Tidak ada perpeloncoan, yang ada penyambutan yang hangat dan meriah dan sederetan pembicara-pembicara yang berprestasi di bidangnya untuk merangsang dan menginspirasi para mahasiswa mahasiswi muda untuk punya cita-cita tinggi dan berprestasi. Sebuah konsep yang menarik dan tepat sasaran.
“The New World of ICT” adalah judul paparan yang saya bawakan pada hari itu yang terdiri dari topik-topik : The Digital Lifestyle, The New Generation of Learners, The New World of College dan The New World of Work. Mahasiswa muda kini termasuk dalam generasi millenials dimana teknologi adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Mereka memanfaatkan teknologi untuk hiburan, untuk berkomunikasi dan untuk berkarya. Merekapun mengharapkan teknologi hadir di ruang kuliahnya, sehingga tercipta suasana belajar yang interaktif, kaya dan bervariasi. Teknologi podcast, blog, wiki, simulasi digital, games serta network sosial and komunitas virtual dapat dimanfaatkan sebagai teknologi penunjang proses belajar dan mengajar.
Bagi generasi milenial bekerja bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja dengan dukungan peralatan yang portable. Kolaborasi jarak jauh dan lintas organisasi menjadi sesuatu yang biasa. Proses bisnis telah terintegrasi dengan teknologi sehingga berbagai proses dapat dilakukan jarak jauh. Manajemen bisa mengakses berbagai informasi tanpa perlu minta laporan dari timnya. Dunia kerja seperti ini membutuhkan pegawai dengan ketrampilan kerja baru misalnya : terampil dan nyaman menggunakan teknologi, dapat mengelola informasi, dapat beradaptasi dan fleksibel, termasuk di dalamnya bisa belajar ketrampilan, teknologi dan proses yang baru. Mampu berkomunikasi dan bekerja dalam tim dengan memanfaatkan teknologi.
Seperti telah diduga, berbagai pertanyaan kritis dilayangkan pada sesi tanya jawab. Pertanyaan sangat bervariasi mulai dari masalah hak cipta, akses digital bagi masyarakat daerah, pengaruh negatif teknologi, tips untuk memanfaatkan teknologi secara optimal sampai pada teknologi-teknologi baru apa yang akan muncul dalam waktu dekat. Sungguh menyenangkan berbagi pengalaman dengan para mahasiswa muda ini. Semoga upaya merangsang mahasiswa muda untuk punya mimpi besar lalu merealisasikannya ini akan berhasil.
Program Pengembangan Soft Skills di ITB
Hari Sabtu dan Minggu 23-24 Agustus 2008, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB mengadakan FTSL Day bagi para mahasiswa yang baru menyelesaikan Tingkat Pertama Bersama-nya. Acara selama 2 hari ini difokuskan pada pengembangan soft skills dan terdiri dari paparan oleh pembicara tamu, berbagi pengalaman kegiatan kemahasiswaan, penayangan film, pengenalan himpunan, tour FTSL, soft skills games dan panggung kreatifitas.
Beberapa hal menarik perhatian saya pada acara ini. Pertama adalah fokus yang kian besar akan pentingnya pengembangan soft skills baik dalam proses belajar selama di ITB maupun sebagai bekal ketika lulus nanti. Di FTSL, fokus pada Soft skills ini dilaksanakan dengan:
- Menyelenggarakan acara selama 2 hari penuh untuk pengembangan soft skills.
- Proses pengajaran yang lebih interaktif dan partisipatif dengan tugas-tugas kelompok yang mengharuskan para mahasiswa untuk bekerja di dalam tim dan melakukan presentasi.
- Menyelenggarakan acara pengembangan soft skills lagi pada tingkat akhir sebelum para mahasiswa lulus.
Hal kedua yang menarik perhatian saya adalah pesan dari dekan yang disampaikan oleh wakil dekan agar para mahasiswa aktif di kegiatan himpunan sebagai bagian dari kegiatan untuk mengembangkan soft skills, namun menolak ospek dan melaporkan tindak kekerasan dan pelanggaran HAM. Berbagai kekerasan yang terjadi dalam ospek rupanya mendorong pimpinan ITB untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.
Sebagai pembicara tamu saya memulai paparan saya tentang soft skills dengan menjelaskan tiga jenis ketrampilan yang dibutuhkan para engineer untuk bisa bekerja dengan efektif yaitu engineering theory, practical skills dan soft skills. Engineering theory didapat melalui kuliah sementara practical skills didapat melalui proyek, magang, pengalaman di laboratorium, kerja paruh waktu atau eksperimen pribadi. Sebagian besar waktu saya gunakan untuk berbicara tentang soft skills. Ada tiga belas ketrampilan yang tercakup di dalam soft skills yaitu : ketrampilan berkomunikasi dengan efektif, sikap dan nilai-nilai yang benar, inovasi dan kreativitas, berpikir analitis, fleksibilitas, kesiapan untuk berubah, ketrampilan interpersonal, ketrampilan negosiasi, ketrampilan persuasif, ketrampilan mengatur waktu, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan ber adaptasi, kepemimpinan dan membangun tim.
Setelah membahas dan memberikan contoh masing-masing ketrampilan yang termasuk dalam kluster soft skills, saya kemudian membahas bagaimana membangun dan mengasah soft skills.
Saya sungguh senang para mahasiswa muda ini menunjukkan ketertarikannya pada soft skills dengan secara aktif menanyakan berbagai pertanyaan yang kritis seperti :
- Bagaimana agar dapat fleksibel tapi tetap mempertahankan prinsip?
- Banyak lulusan ITB yang Soft Skills nya rendah, salah ITB atau salah Individual?
- Di kampus untuk mengejar nilai akademis yang memadai saja usahanya sudah luar biasa besar di ITB ini, apa lagi untuk mereka yang nalarnya sedang-sedang saja, bagaimana cara nya bisa memperkuat sof skills dalam kondisi yang seperti ini ?
- Dan masih banyak lagi.
Salam hangat penuh semangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar