Sebagai bagian dari drama cicak lawan buaya, sangat menarik untuk mengamati bagaimana tokoh-tokoh pemimpin di negeri ini mengambil keputusan yang sulit. Dua tokoh penting yang sangat kontras gaya kepemimpinan dan pengambilan keputusannya ingin saya tampilkan di sini. Pertama adalah Ketua Mahkamah Konstitusi, Mohammad Mahfud M.D. dan yang kedua adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saya pun menyertakan pendekatan praktis yang bisa di ambil untuk membantu proses pengambilan keputusan agar bisa cepat dan akurat.
Mahfud memimpin sidang-sidang uji materi Undang-Undang KPK yang di ajukan oleh Bibit dan Chandra dengan gaya yang santai dan sangat transparan. MK memutuskan untuk memperdengarkan rekaman penyadapan KPK terhadap Anggodo Widjojo, adik bos PT Massaro Radiokom Anggoro Widjojo, kepada publik. Rekaman yang berisi percakapan Anggodo dengan sejumlah petinggi penegak hukum diantaranya, Wakil Jaksa Agung Abdul Hakim Ritonga dan mantan Jaksa Agung Muda Intelijen Wisnu Subroto, menguak tingkah Anggodo yang bersekongkol dengan sejumlah penyidik untuk merekayasa kasus dua pimpinan KPK Chandra Marta Hamzah dengan Bibit Samad Riyanto.
Dalam menyidangkan persoalan yang pelik itu, Mahfud tidak terkesan tegang. Dia justru tampak santai. Bahkan, berkali-kali Mahfud mengeluarkan celetukan yang membuat pengunjung sidang tersenyum. MK kemudian secara resmi pada haru Rabu (25/11) mengabulkan permohonan Bibit dan Chandra atas judicial review UU KPK pasal 32 ayat 1 huruf c soal pemberhentian tetap pimpinan KPK. Mahfud mengatakan pasal 32 inkonstitusional, harus dimaknai pimpinan KPK berhenti secara tetap setelah dijatuhi hukuman oleh pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Keseluruhan proses pengambilan keputusan terlihat cepat, transparan, tidak berbelit-belit dan jelas tanpa menimbulkan potensi interpetasi yang berbeda-beda.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempunyai gaya yang berbeda di dalam mengambil keputusan. Ia tampak sangat hati-hati, tidak ingin terburu-buru. Menanggapi semakin menajamnya polemik KPK dengan Polri, setelah Polri menetapkan dan menahan dua pimpinan KPK (nonaktif) Bibit dan Chandra atas dugaan penyalahgunaan wewenang, SBY membentuk Tim 8 pada 2 November lalu dan memberi waktu selama dua minggu bagi Tim 8 untuk melakukan verifikasi dan klarifikasi atas kasus Bibit dan Chandra.
Setelah mendapatkan rekomendasi dari tim 8, SBY pun dalam menentukan sikap masih meminta masukan dari berbagai puhak termasuk Kejaksaaan, Kepolisian, MA, MK dan beberapa hakim independen. Selama seminggu SBY merumuskan sikapnya yang kemudian di bacakan pada tanggal 23 November 2009 malam. Pidato presiden yang sudah sangat ditungu-tunggu masyarakat itu disampaikan dengan sangat hati-hati. Sebagian pengamat menilai pernyataan tentang kasus Bibit-Chandra yang tidak akan dibawa ke pengadilan merupakan kemajuan. Namun pernyataan itu masih mengambang, karena masih tergantung Kapolri dan Jaksa Agung. Sejumlah pengamat lain menilai maksud Presiden untuk mendorong penghentian kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah sudah jelas. Presiden ingin kasus ini bukan selesai di pengadilan. Bisa melalui pendeponiran untuk kepentingan umum. Kejaksaan dan Polri diprediksi bisa langsung menangkap maksud Presiden itu. Selain itu, disampaikan pula keinginan besar Presiden SBY dalam mendorong terjadinya reformasi hukum dalam tubuh institusi penegak hukum. Tak hanya kepolisian dan kejaksaan, tetapi juga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Mengambil Keputusan Sulit dengan Cepat dan Akurat
Membuat keputusan yang sulit ditengah situasi yang serba tidak pasti sangat penting bagi kepemimpinan yang sukses. Keputusan perlu diambil dengan cepat dan akurat agar tidak kehilangan momentum. Sering kali ada saat-saat kritis dimana pengambilan keputusan sangat sulit dan menegangkan. Meskipun demikian, keputusan yang berani biasanya malah lebih aman. Di artikel ini saya ingin menuliskan beberapa petunjuk praktis untuk mengambil keputusan, baik keputusan publik maupun pribadi terutama ketika situasinya kompleks dan penuh ketidak pastian. Tips ini saya sarikan dari tulisan Dave Jensen, seorang pengajar senior di Emory University’s School of Business. Ada empat pertanyaan yang perlu dijawab untuk sampai pada keputusan terbaik
.
1.Pertanyaan VISIONARY : “Apa hasil terbaik yang bisa dicapai dari keputusan ini ?” Pertanyaan ini menggali perspektif yang lebih luas, implikasi strategis dan pertimbangan jangka panjang. Ketika dihadapkan pada tantangan yang sulit, gali lebih dalam dengan menjawab pertanyaan pertanyaan strategis seperti :
Bagaimana hubungan antara tantangan ini dengan arah organisasi ?
Apakah problem ini penting untuk dipecahkan ?
Apa konsekuensi negatif dan positifnya ?
Kapan saya harus memutuskan ?
Apakah saya punya kecenderungan untuk status quo ?
2.Pertanyaan RASIONAL : Pelajari bagaimana kita mengetahui apa yang kita ketahui. Apa fakta-faktanya, dan apa yang diharapkan oleh mereka yang terkena dampaknya. Pemikiran rasional membantu kita memonitor keadaan sekitar kita dan mengenali fakta-fakta yang ada. Kita juga perlu tau hubungan antara fakta-fakta itu, mana sebab dan mana akibat. Didalam memutuskan bagaimana mengatasi tantangan yang kompleks, kita harus tau konteks internal dan external dengan bertanya :
Apakah saya sudah mendapatkan informasi yang betul untuk mengambil keputusan ?
Apa rencana cadangannya (Back up plan) ?
Asumsi-asumsi apa yang saya buat ?
Bagaimana saya memonitor pelaksanaan keputusan yang akan saya ambil ?
Proses transparan apa yang perlu saya gunakan ?
3.Pertanyaan ETIKA, berhubungan dengan nilai-nilai moral yang kita gunakan. Kita memulainya dengan bertanya, “Langkah yang mana yang benar, terutama untuk kepentingan orang banyak ?” Pertanyaan ini memberikan fokus perhatian kita pada orang-orang yang kita pimpin. Ketika berhadapan dengan masalah yang penuh resiko, pertanyaan pertanyaan di bawah ini bisa menjadi pembimbing :
Bila setiap orang di organisasi ini harus melakukan persis seperti apa yang sedang saya pertimbangkan akan saya lakukan, akan seperti apa organisasi ini jadinya ?
Tindakan apa yang terbaik bagi bagian terbesar organisasi tanpa melanggar hak individu ?
Tindakan apa yang paling jujur dan paling adil untuk dilakukan ?
Apakah apa yang akan saya putuskan sejalan dengan nilai-nilai yang saya pegang ?
4.Pertanyaan KONSEKUENSI — Mengingatkan bahwa kita adalah mahluk yang bebas menentukan pilihan dan karenanya bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan kita. Hal ini membawa kita pada pertanyaan : “ Apa konsekuensi dari pilihan-pilihan kita ?” Pada akhirnya kita harus menentukan apa yang akan dilakukan dan apa yang tidak akan dilakukan. Berikui ini adalah pertanyaan yang bisa membimbing dalam menentukan pilihan :
Apakah saya sudah minta pendapat orang yang sering kali berbeda pendapat dengan saya agar saya bila melihat kasus ini dari sudut pandang yang berbeda ?
Seberapa besar resiko masing-masing alternatif yang akan saya ambil ?
Apakah saya bisa men tes alternatif-alternatif ini pada skala kecil sebelum keputusan diambil ?
Pilihan mana yang terbaik berdasarkan jawaban-jawaban semua pertanyaan ini ?
Setiap hari, para pemimpin membuat keputusan yang memberikan pengharuh pada sangat banyak orang. Meskipun tampaknya begitu sulit, pemimpin yang bagus membuatnya kelihatan mudah. Para pemimpin ini bisa membuat keputusan penting berdasarkan informasi yang di berikan kepadanya dikombinasikan dengan intuisinya. Dibalik pengambilan keputusan yang tampaknya mudah ini adalah disiplin untuk selalu meneliti keputusan-keputusan dan komitmen untuk selalu membuat keputusan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Para pemimpin ini, melalui latihan, memiliki kejernihan berpikir yang memungkinkan mereka mengambil keputusan besar dengan mudah.
Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana
1 komentar:
wacana yang menarik untuk dipraktekkan. Thanks
Posting Komentar